Perkembangan teknologi fotografi smartphone seakan memanjakan para traveler yang ingin membuat jejak dari tempat-tempat yang pernah dikunjunginya. Satu catatan perjalanan dengan beberapa foto selfie dianggap sudah cukup untuk menggambarkan perjalanan dan tempat yang akan dibagikan kepada orang lain yang membaca tulisannya. Cukupkah tulisan seperti itu?
“Kita perlu berpikir `nakal` untuk bisa membuat tulisan yang menarik dan berbeda dengan penulis travelling lain,” kata Doan Widhiandono, Redaktur Metropolis Harian Jawa Pos sekaligus penulis (narasumber) bedah buku Oleh-Oleh Jurnalis, Catatan Travelling di 20 Kota pada 11 Negara sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis Ke-36 Universitas Narotama (UNNAR) yang berlangsung di Conference Hall, Kamis (5/1).
Doan Widhiandono menjelaskan, untuk menggambarkan suatu tempat dan peristiwa tidak cukup hanya berupa paparan deskriptif, karena tulisan akan terasa kering dan hambar. Sentuhan humanis sangat diperlukan dengan melibatkan suasana dan perasaan penulis, sehingga pembaca akan larut dalam pengembaraan sebagaimana yang dialami oleh penulis. Catatan perjalanan (travelling) yang bagus ditulis sebagai berita berformat feature, haruslah menyajikan sesuatu yang awet, tak lekang oleh waktu, dan dibaca kapan pun tetap menarik.
Rektor UNNAR Hj. Rr. Iswachyu Dhaniarti DS, ST, M.HP berharap acara bedah buku tersebut dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi mahasiswa untuk gemar menulis. Hidupkan pemikiran kita melalui kreatifitas menulis, maka kita semua akan menjadi terbiasa menulis, akhirnya berbudaya menulis. Hal ini sangat penting karena mahasiswa dan dosen saat ini diharapkan dapat memacu produktifitas karya ilmiah yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Dalam acara bedah buku tersebut, UNNAR juga membagikan 100 buku secara gratis kepada mahasiswa yang beruntung. Selain itu, ada lima mahasiswa yang mendapat buku Oleh-Oleh Jurnalis langsung dari penulisnya, lengkap dengan tanda tangan khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif bertanya. [nar]
Foto: Doan Widhiandono (tiga dari kiri) bersama lima mahasiswa `beruntung` usai acara bedah buku yang berlangsung di Conference Hall UNNAR, Kamis (5/1).