Adanya ketidaksesuaian antara jumlah penawaran dan permintaan untuk pinjaman mengakibatkan banyak kredit pemodalan yang tidak terserap oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Hal itu disampaikan Augendra Bhukuth, Ph.D dalam seminar “Micro Finance Institution and Poverty” yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Narotama (UNNAR) di Conference Hall pada Jumat, 29 Juli 2016.
Seminar tersebut menghadirkan narasumber Augendra Bhukuth, Ph.D (IPAG Business School, Paris), Prof. Dr. Soebandi, SE.Ak, CPA (Dekan FEB UNNAR), dan Wisnandi Habang (Pimpinan Cabang Permodalan Nasional Madani /PNM Surabaya).
Menurut Augendra Bhukuth, ketidaksesuaian tersebut dikarenakan jumlah untuk peminjaman menuntut lebih tinggi dari pasokan dan debitur tidak ingin membayar bunga selama beberapa tahun. Selain itu, pelaku UKM tidak ingin terlibat dengan bank atau keuangan mikro untuk jangka waktu yang panjang, mereka juga tidak suka dengan prosedur administrasi yang panjang dan rumit. Konsekuensi dari ketidaksesuaian ini pinjaman diambil dengan rentenir dan kerabat / teman.
“Mereka tidak dapat mengembangkan bisnisnya, mereka membangun mesin produktif sendiri,” kata Augendra Bhukuth yang merupakan visiting professor dari IPAG Bussiness School, Paris, selama dua minggu di FEB UNNAR.
Menjawab permasalahan pemodalan diatas, Wisnandi Habang mengatakan bahwa pendirian PT Permodalan Nasional Madani (Persero) adalah untuk menyelenggarakan jasa pembiayaan termasuk Kredit Program dan Jasa Manajemen untuk pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, termasuk kegiatan usaha lainnya guna menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut. PT Permodalan Nasional Madani (Persero) merupakan BUMN yang didirikan 1 Juni 1999 sebagai Lembaga Keuangan Khusus yang kegiatan usahanya meliputi jasa pembiayaan dan jasa manajemen, sebagai pelaksanaan dari Ketetapan MPR Republik Indonesia No.XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi.
“PNM bukan hanya meminjami modal usaha, tetapi juga melakukan pendampingan dan pelatihan manajemen bagi pelaku UKM supaya bisnisnya semakin berkembang menjadi besar,” kata Wisnandi Habang.
Bagaimana dengan peran perguruan tinggi? Soebandi menjelaskan bahwa perguruan tinggi (akademisi) memiliki peran penting dalam mengembangkan UKM. UNNAR misalnya, kampus dengan local genius UMKM ini telah memiliki ratusan UKM mitra. UNNAR memberikan layanan konsultasi dan pelatihan manajemen, keuangan, pembukuan, hingga pemanfaatan teknologi informasi untuk pemasarannya. [nar]
Foto: Seminar “Micro Finance Institution and Poverty” diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama di Conference Hall pada Jumat, 29 Juli 2016.