Kapolri: Kami Tak Minta Telegram Tutup, Tapi Diberi Akses Kasus Terorisme
17 Juli 2017, 09:00:06 Dilihat: 403x
JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pihaknya melihat adanya ancaman terhadap keamanan negara dengan adanya aplikasi Telegram yang ditengarai sebagai aplikasi percakapan yang kerap dimanfaatkan kelompok teroris untuk berkoordinasi melakukan aksi teror bahkan belajar cara merakit bom dan sebagainya.
Tito menyatakan, jajaranya telah meminta kepada pihak Telegram yang berada di Rusia agar memberi akses percakapan di aplikasi Telegram yang berkaitan dengan terorisme.
"Yang kita minta kepada Telegram bukan ditutup sebetulnya, tolong kami diberi akses. Kalau sudah menyangkut urusan terorisme, keamanan negara, kami diberi akses untuk tahu siapa itu yang memerintahkan ngebom. Siapa itu menyebarkan paham radikal. Jadi kita diberi akses khusus untuk kasus terorisme," ujar Tito di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (17/7/2017).
Namun, kata mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu permintaan tersebut tak kunjung direspons pihak Telegram sehingga akhirnya pemerintah memblokirnya. "Tapi enggak dilayani, enggak ditanggapi. Ya kalau enggak ditanggapi kita tutup," tegas Tito.
Dijelasnnya, pada era demokrasi saat ini, privasi warga negara memang menjadi salah satu prioritas. Namun jangan sampai privasi malah membuat keamanan negara terancam. "Fine, privacy boleh. Tapi keamanan negara juga penting," tukas Tito.
(aky)